‘
Kecil-kecil Kuda Kuningan’, ini adalah
motto Kabupaten Kuningan yang sampai saat ini masih akrab didengar
oleh seluruh warga masyarakat Kabupaten Kuningan.
Kuda Windu menjadi
bagian sejarah yang tak terpisahkan dari sejarah Kabupaten Kuningan.
Kuda perang ini menjadi ikon yang terlihat di setiap gapura pemerintahan
hingga logo seragam. Namun, kuda perang ini kini hanya tinggal
kenangan, yang tersisa adalah kuda-kuda penarik delman.
Menelusuri
Kuningan, mencari jejak kuda perang Windu, bukan hal mudah. Meski dalam
data Dinas Pertanian Kabupaten Kuningan disebutkan populasi kuda
mencapai 605 ekor, semua kuda itu adalah kuda delman yang tidak
diternakkan di Kuningan.
Wawan (35),
salah seorang sesepuh kusir yang tinggal di Lebak Kardin, Kecamatan
Kuningan, Kabupaten Kuningan, mengakui, kuda merupakan sarana
transportasi utama di kota Kuningan sejak ia lahir. Ia sendiri sudah
memulai menarik delman sejak tahun 1971. "Zaman saya dulu, delman ada di
mana-mana. Mungkin jumlahnya ribuan. Jalanan kota yang naik turun
membuat delman menjadi alat transportasi yang paling mungkin saat itu,"
katanya kepada KN dikediamannya, jumat lalu.
Kuda
di Kuningan kata Wawan, selama ini hanya diperuntukkan sebagai penarik
delman. Hanya sesekali kuda itu digunakan sebagai kuda pacuan. "Biasanya
setiap tahun ada balapan kuda. Pesertanya, ya, kami-kami ini," kata
Wawan, kusir kuda yang pernah memenangi lomba pacuan kuda di Kuningan.
Selain
untuk pacuan masih kata Wawan, kuda pun masih digunakan dalam setiap
penyelenggaraan saptonan. Saptonan merupakan adu ketangkasan menunggang
kuda bagi para tumenggung atau pejabat kerajaan pada zaman dulu. Dalam
permainan ini para pejabat itu menunggang kuda sambil menombak air di
dalam ember yang digantung pada dua tiang bambu. Pemenangnya adalah yang
bisa menjatuhkan air dalam ember dengan tombak.
“Hingga
saat ini saptonan masih dilangsungkan setiap tahun, tetapi dilakukan
oleh pejabat di kabupaten. Kuda yang digunakan biasanya adalah kuda
sewaan dari para kusir,"tukasnya.
Kuda perang
Menurut
sejarah, kuda Kuningan pada abad XV dikenal sebagai kuda perang. Tidak
banyak buku sejarah yang menceritakan keberadaan kuda di Kuningan. Dr
Edi Ekadjati (alm) dalam bukunya, Sejarah Kuningan menceritakan, dari
Prasejarah hingga terbentuknya Kabupaten, kuda peliharaan Dipati
Ewangga, panglima pasukan di Kuningan, yakni Si Windu, merupakan kuda
perang yang tangguh meski berbadan kecil.
Dalam
dokumen riwayat singkat hari jadi kota Kuningan juga disebutkan, Windu
ikut dalam perjalanan perang Adipati Kuningan guna bertempur untuk
Kerajaan Cirebon menundukkan Galuh.
Windu
ikut pula berperang dan mendirikan pemerintahan Wiralodra di Indramayu.
Bersama dengan Cirebon, pasukan Kuningan ini juga menggempur Sunda
Kelapa dan turut mendirikan pemerintahan Jayakarta. Setelah itu, tidak
ada lagi yang menuliskan tentang kuda Kuningan dan penerusnya.
Sumber : http://kuningannews.com/wisata/tentang/budaya/1546-kuda-kuningan-tinggal-kenangan.html
Drossophyla
Published:
2012-04-30T13:33:00+07:00
Title:Sejarah Kuda Kuningan
Rating:
5 On
22 reviews